Titrasi Asam Basa
Kuat dan Lemah, Sifat, Kurva, Percobaan, Praktikum, Larutan, Reaksi Kimia -
Reaksi penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar atau konsentrasi suatu
larutan asam atau basa. Penetapan kadar suatu larutan ini disebut titrasi asam basa.
Titrasi adalah penambahan larutan baku (larutan yang telah diketahui dengan
tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain dengan bantuan indikator sampai tercapai
titik ekuivalen. Titrasi dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan
perubahan warna. Saat perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi
(James E. Brady, 1990).
1. Perubahan pH pada Reaksi Asam Basa
Suatu asam yang mempunyai pH kurang dari 7
jika ditambah basa yang pH–nya lebih dari 7, maka pH asam akan naik, sebaliknya
suatu basa jika ditambah asam, maka pH basa akan turun. Apabila penambahan zat
dilakukan tetes demi tetes kemudian dihitung pH–nya akan diperoleh kurva
titrasi, yaitu grafik yang menyatakan pH dan jumlah larutan standar yang
ditambah.
2. Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
Misalnya, 25 mL HCl 0,1 M (asam kuat)
dititrasi oleh NaOH 0,1 M (basa kuat), kita dapat menghitung pH larutan pada
bermacam-macam titik selama berlangsungnya titrasi. Pada grafik, diperlihatkan
ciri penting dari kurva titrasi NaOH – HCl bahwa pH berubah secara lambat
sampai dekat titik ekuivalen. Penambahan NaOH menyebabkan harga pH naik sedikit
demi sedikit. Namun, pada titik ekuivalen, pH meningkat sangat tajam kirakira 6
unit (dari pH 4 sampai pH 10) hanya dengan penambahan 0,1 mL (± 2 tetes).
Setelah titik ekuivalen, pH berubah amat lambat jika ditambah NaOH.
Indikator-indikator yang perubahan warnanya berada dalam bagian terjal kurva
titrasi ini, yaitu indikator yang mempunyai trayek pH antara 4 sampai 10 cocok
digunakan untuk titrasi tersebut. Indikator yang dapat digunakan pada titrasi
ini adalah metil merah, brom timol biru, dan fenolftalein. Untuk titrasi asam
kuat oleh basa kuat, besarnya pH saat titik ekuivalen adalah 7.
Pada pH ini asam kuat tepat habis bereaksi
dengan basa kuat, sehingga larutan yang terbentuk adalah garam air yang
bersifat netral.
Titik ekuivalen titrasi asam kuat oleh basa
kuat dengan indikator fenolftalein (PP) ditandai dengan perubahan warna larutan
menjadi merah muda pertama dan tidak hilang setelah dikocok. (Sumber:
Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg, 2000.)
3. Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat
Penetralan asam lemah oleh basa kuat agak
berbeda dengan penetralan asam kuat oleh basa kuat. Contohnya, 25 mL CH3COOH 0,1
M dititrasi oleh NaOH 0,1 M. Mula-mula sebagian besar asam lemah dalam larutan
berbentuk molekul tak mengion CH3COOH, bukan H+ dan CH3COO–.
Dengan basa kuat, proton dialihkan langsung
dari molekul CH3COOH yang tak mengion ke OH–.
Untuk penetralan CH3COOH oleh NaOH, persamaan ion
bersihnya sebagai berikut (James E. Brady, 1990).
CH3COOH(aq) + OH–(aq) →
H2O(l) + CH3COO–(aq)
Kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat dapat
ditunjukkan pada gambar 2.
Sifat penting yang perlu diingat pada titrasi
asam lemah oleh basa kuat adalah:
a. pH awal lebih tinggi daripada kurva
titrasi asam kuat oleh basa kuat (karena asam lemah hanya mengion sebagian).
b. Terdapat peningkatan pH yang agak tajam
pada awal titrasi. Ion asetat yang dihasilkan dalam reaksi penetralan bertindak
sebagai ion senama dan menekan pengionan asam asetat.
c. Sebelum titik ekuivalen tercapai,
perubahan pH terjadi secara bertahap. Larutan yang digambarkan dalam bagian
kurva ini mengandung CH3COOH dan CH3COO– yang
cukup banyak. Larutan ini disebut larutan
penyangga.
d. pH pada titik di mana asam lemah setengah
dinetralkan ialah pH = pKa. Pada setengah penetralan, [CH3COOH]
= [CH3COO–].
e. pH pada titik ekuivalen lebih besar dari
7, yaitu ± 8,9, sebagai akibat hidrolisis oleh CH3COO–.
f. Setelah titik ekuivalen, kurva titrasi
asam lemah oleh basa kuat identik dengan kurva asam kuat oleh basa kuat. Pada
keadaan ini, pH ditentukan oleh konsentrasi OH– bebas.
g. Bagian terjal dari kurva titrasi pada
titik ekuivalen dalam selang pH yang sempit (dari sekitar 7 sampai 10).
h. Pemilihan indikator yang cocok untuk
titrasi asam lemah oleh basa kuat lebih terbatas, yaitu indikator yang
mempunyai trayek pH antara 7 sampai 10. Indikator yang dipakai adalah
fenolftalein.
4. Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat
Jika 25 mL NH4OH 0,1 M (basa lemah)
dititrasi dengan HCl 0,1 M (asam kuat), maka besarnya pH semakin turun sedikit
demi sedikit, kemudian mengalami penurunan drastis pada pH antara 4 sampai 7.
Titik ekuivalen terjadi pada pH kurang 7. Oleh sebab itu, indikator yang paling
cocok adalah indikator metil merah.
5. Praktikum Titasi Asam Basa 1
A. Judul
Penentuan Konsentrasi HCl dengan Titrasi
B. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menentukan konsentrasi
larutan asam atau basa untuk menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi
dalam larutan elektrolit menggunakan titrasi asam basa.
C. Dasar Teori
Reaksi penetralan asam basa
dapat digunakan untuk menentukan kadar (konsentrasi) berbagai jenis larutan,
khususnya yang terkait dengan reaksi asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya. Demikian pula
sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan mengunakan larutan asam yang
diketahui kadarnya. Proses penentuan kadar larutan dengan cara ini disebut
titrasi asam-basa.
Titrasi dilakukan untuk menetapkan molaritas
suatu larutan dengan menggunakan larutan lain yang telah diketahui
molaritasnya. Larutan peniter itu kita sebut larutan standar. Ketepatan
(akurasi) dari konsentrasi larutan yang dititer, salah satunya bergantung pada
kepastian molaritas dari larutan peniter. Jika molaritas larutan peniter tidak
pasti, maka molaritas larutan yang dititer pastilah tidak akurat.
Pada percobaan ini, kita akan menentukan
molaritas HCl dengan larutan NaOH 0,1 M. Untuk itu, sejumlah larutan HCl
ditempatkan dalam erlenmeyer, kemudian ditetesi dengan NaOH 0,1 M (dalam buret)
sehingga keduanya ekuivalen (tepat habis bereaksi). Titik ekuivalen dapat
diketahui dengan bantuan indikator. Titrasi (penetesan) dihentikan tepat pada
saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat indikator menunjukkan
perubahan warna disebut titik akhir titrasi.
D. Alat dan Bahan
Alat :
No.
|
Nama Alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1.
|
Buret
|
50 mL
|
1 buah
|
2.
|
Erlenmeyer
|
250 mL
|
3 buah
|
3.
|
Gelas beker
|
250 mL
|
1 buah
|
4.
|
Gelas ukur
|
50 mL
|
1 buah
|
5.
|
Pipet tetes
|
-
|
1 buah
|
6.
|
Corong kaca
|
-
|
1 buah
|
7.
|
Klem dan statif
|
-
|
1 buah
|
8.
|
Pipet gondok
|
10 mL
|
1 buah
|
9.
|
Labu ukur
|
100 mL
|
1 buah
|
10.
|
Botol semprot
|
-
|
1 buah
|
Bahan :
No.
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Larutan NaOH 0,1 M
|
100 mL
|
2.
|
Larutan HCl
|
30 mL
|
3.
|
Indikator PP
|
3 tetes
|
4.
|
Akuades
|
1 liter
|
E. Cara Kerja
- Buatlah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL.
- Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL.
- Masukkan 10 mL larutan HCl yang tersedia ke dalam erlenmeyer, kemudian tetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes.
- Tetesi larutan HCl dengan larutan NaOH. Penetesan harus dilakukan secara hati-hati dan labu erlenmeyer terus–menerus digoncangkan. Penetesan dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda.
- Hitung volume NaOH 0,1 M yang digunakan.
- Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama.
F. Data Pengamatan
No.
|
Volume NaOH 0,1 M yang Telah Digunakan
|
1.
|
......................................................................................................
|
2.
|
......................................................................................................
|
3.
|
......................................................................................................
|
G. Analisis Data
1. Tentukan volume rerata larutan NaOH 0,1 M
yang digunakan.
2. Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan.
3. Tentukan jumlah mol HCl berdasarkan
perbandingan koefisien reaksi.
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
4. Tentukan molaritas larutan HCl tersebut.
H. Pertanyaan
- Apa kegunaan dari PP (fenolftalein)?
- Apakah Anda dapat menentukan titik ekuivalen tanpa bantuan fenolftalein? Jelaskan alasan Anda!
- Dapatkah fenolftalein diganti dengan indikator yang lain? Jika dapat, berikan contohnya dan nyatakan perubahan warna yang diharapkan!
6. Percobaan Titasi Asam Basa 2
A. Judul
Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan
B. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menentukan konsentrasi
larutan asam atau basa untuk menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi
dalam larutan elektrolit menggunakan titrasi asam basa.
C. Dasar Teori
Acidimetri dan alkalimetri adalah analisis
kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi netralisasi. Acidimetri adalah reaksi
netralisasi (titrasi) larutan basa dengan larutan standar asam. Alkalimetri
adalah reaksi netralisasi (titrasi) larutan asam dengan larutan standar basa.
Jadi, keduanya dibedakan pada larutan standarnya.
Penentuan kadar CH3COOH dalam
asam cuka perdagangan cara alkalimetri ini menggunakan larutan NaOH sebagai
larutan standar basa/titrasi basa. Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai
larutan standar akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa
kuat, dengan persamaan sebagai berikut.
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq)
+ H2O(l)
Berbagai merek asam cuka tersedia di pasar.
Rata-rata mencantumkan kadar 25% pada labelnya. Pada praktikum ini akan
dilakukan percobaan untuk menyelidiki kebenaran label tersebut dengan
menggunakan titrasi alkalimetri. Perlu kita perhatikan bahwa dalam titrasi
digunakan larutan yang relatif encer. Oleh karena itu, asam cuka perdagangan
harus kita encerkan. Jika tidak diencerkan maka akan memerlukan larutan NaOH
yang terlalu banyak. Hal ini selain tidak praktis, juga tidak mempunyai
ketelitian yang baik.
D. Alat dan Bahan
Alat :
No.
|
Nama Alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1.
|
Buret
|
50 mL
|
1 buah
|
2.
|
Erlenmeyer
|
250 mL
|
3 buah
|
3.
|
Gelas beker
|
250 mL
|
1 buah
|
4.
|
Gelas ukur
|
50 mL
|
1 buah
|
5.
|
Pipet tetes
|
-
|
1 buah
|
6.
|
Corong kaca
|
-
|
1 buah
|
7.
|
Klem dan statif
|
-
|
1 buah
|
8.
|
Pipet gondok
|
10 mL
|
1 buah
|
9.
|
Labu ukur
|
100 mL
|
1 buah
|
10.
|
Botol semprot
|
-
|
1 buah
|
Bahan :
No.
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Larutan NaOH 0,1 M
|
150 mL
|
2.
|
Asam cuka perdagangan
|
30 mL
|
3.
|
Indikator PP
|
3 tetes
|
4.
|
Akuades
|
1 liter
|
E. Cara Kerja
- Buatlah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL dengan menggunakan labu ukur.
- Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL .
- Ambil 5 mL asam cuka perdagangan, lalu encerkan sampai volume 100 mL dalam labu ukur.
- Masukkan 10 mL larutan asam cuka yang telah diencerkan ke dalam erlenmeyer, kemudian tetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes.
- Tetesi larutan asam cuka dengan larutan NaOH 0,1 M. Penetesan harus dilakukan secara hati-hati dan labu erlenmeyer terus-menerus digoncangkan. Penetesan dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda.
- Hitung volume NaOH 0,1 M yang digunakan.
- Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama.
- Hitunglah kadar asam cuka perdagangan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar